Dunia Mengalami Krisis Global, ITUC Desak Perbaikan Kontrak Sosial

Dunia Mengalami Krisis Global, ITUC Desak Perbaikan Kontrak Sosial

KSBSI.ORG: Sharan Burrow, Sekretaris Jenderal, Konfederasi Serikat Buruh Internasional (ITUC) menyampaikan bahwa dunia saat ini sedang dihadapkan masa-masa sulit. Ditambah lagi masalah pandemi Covid-19, menyebabkan krisis beragam sektor. Dari kesehatan, ekonomi, lingkungan, kemiskinan, pengangguran sampai krisis upah rendah di negara-negara belum maju.

Baca juga:  DPP FSB NIKEUBA KSBSI Minta Bebaskan Muhammad Yusri, Ini Alasannya , Dibeberapa Wilayah, KSBSI Masih Aksi Menolak UU Cipta Kerja, Kalau RUU Cipta Kerja Tak Berpihak, KSBSI Siapkan Gugatan ke MK,

ITUC sendiri menilai pandemi yang belum berakhir, semakin membuat masyarakat dunia mengalami kehilangan arah. Pasalnya, wabah Corona, salah satunya menyebabkan ketidakpastian dalam dunia kerja. Sehingga ratusan juta buruh di muka bumi sedang  kehilangan kerja. Dan sebagian buruh lainnya menghadapi ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) serta dirumahkan.

 

“Sebagian dari mereka yang sudah tidak bekerja ditengah pandemi saat ini hanya bertahan hidup dari sisa tabungan dan tidak memiliki jaminan sosial. Kita semua kuatir, pandemi ini hanya membawa pilihan antara bertahan hidup atau kelaparan, ”kata Sharan Burrow, beberapa waktu lalu dalam keterangan resminya di website resmi ituc-csi.org.

 

Pada Februari-Maret 2020 lalu, ITUC bersama global YouGov mengadakan jajak pendapat dan yang diadakan di 16 negara, seperti di Argentina, Belgia, Brasil, Bulgaria, Kanada, Chili, China, Prancis, Jerman, India, Jepang, Rusia, Afrika Selatan, Korea Selatan, Inggris, dan Amerika Serikat. Survei yang dilakukan juga bekerja sama dengan serikat buruh/pekerja.

 

“Tujuan survei dilakukan untuk  mengingatkan kondisi global yang semakin tahun mengalami berbagai macam krisis dan merumuskan rencana pemulihan serta solusinya,” ungkapnya.

 

Hasilnya, lebih dari dua pertiga atau 69 persen orang mengatakan mereka kuatir tentang perubahan iklim (climate change). Meningkatnya ketimpangan sosial sebesar 69 persen, penyalahgunaan data pribadi secara online sebanyak 69 persen.

 

 “Dan di era global ini orang-orang telah kehilangan pekerjaan sebesar 67 persen. Lalu sebanyak 52 persen juga kuatir tahun  2020 situasi ekonomi negara mereka semakin memburuk,” tuturnya.

 

Selanjutnya, dua dari tiga atau 66 persen orang di seluruh negara yang disurvei mengatakan mereka tidak memiliki pengaruh atau tersisih dari kebijakan ekonomi global. Dan sebaliknya, mayoritas 65 persen percaya, bahwa 1 persen orang terkaya dan memiliki kepentingan bisnis memiliki pengaruh besar dalam setiap kebijakan ekonomi di tiap negara.

 

Dari keseluruhan hasil jajak pendapat, ITUC menyampaikan hampir tiga perempat atau 71 persen menilai segala bentuk kebijakan ekonomi negara mereka hanya berpihak pada pemilik modal. Sehingga berdampak pada kesenjangan sosial yang kian tinggi.

 

“Situasi kesenjangan sosial yang semakin tinggi disetiap negara telah menunjukkan kerusakan kontrak sosial yang sangat meluas,” ujarnya.

 

Untuk hasil survei lapangan kerja dan jaminan upah layak dan sosial, peserta jajak pendapat juga menilai nasib semakin disisihkan di era global ini tanpa ada jaminan dari negaranya. Bahkan 42 persen  generasi muda  yang di survei pesimis  masa depan kerja mendapatkan pekerjaan yang layak.

 

“Termasuk tiga perempat atau sebesar 76 persen mereka mengatakan upah minimum yang diterima saat ini tidak cukup untuk biaya hidup,” pungkasnya.

 

Akibat berbagai persoalan ini, Sharan Burrow mengatakan sebagian besar masyarakat dunia sedang mengalami krisis kepercayaan secara global. Termasuk apatis terhadap demokrasi dan kerap melakukan protes keras terhadap kebijakan pemerintahnya yang terkesan lebih memprioritaskan kepentingan pemilik modal.  

 

“Untuk mengatasi krisis yang terjadi, setiap pemimpin negara harus bisa memulihkan kembali kepercayaan masyarakatnya dengan penuh komitmen yang serius. Sebab tuntutan aksi perubahan iklim, pengentasan kemiskinan dan kerja upah layak bukan lagi slogan.

 

Para pemimpin harus memiliki kepercayaan diri untuk berkomitmen pada Kontrak Sosial Baru Dunia serta mendapat dukungan dari seluruh masyarakat,”katanya.

 

Atau tepatnya dari hasil jajak mendapat 74 persen mengatakan pemerintah setiap negara harus menciptakan lapangan kerja, upah layak serta pendidikan yang memadai untuk meningkatkan keahlian. Selain itu, peserta jajak pendapat dari 16 negara ini masih 52 persen masih mengharapkan agar pemerintahnya fokus  tujuh program perbaikan dunia. Seperti keberpihakan kerja dan upah layak,  dan aksi perubahan iklim, reformasi ekonomi dan perdamaian dunia.

 

Begitu juga, ditengah perubahan iklim dunia, hampir dua pertiga atau 63 persen orang berpikir bahwa pemerintah mereka harus berbuat lebih banyak untuk mempromosikan Transisi yang Adil menuju masa depan nol karbon.  ITUC akan mempresentasikan temuan Jajak Pendapat Global ITUC 2020 di webinar yang membahas perkembangan menuju Kontrak Sosial Baru di Argentina, Austria, dan Nigeria. (A1)

 

Komentar