KSBSI.ORG, Sharan Burrow Sekretaris Jenderal Konfederasi Serikat Buruh Internasional (ITUC) menegaskan menolak pelaku kudeta kekuasaan yang dilakukan militer di Negara Myanmar. Dia menegaskan konfederasi serikat buruh/pekerja yang berafiliasi dengan ITUC akan berencana melakukan solidaritas pada 11 Februari 2021 nanti.
Baca juga: ILO Terbitkan Buku ‘Peluncuran Pencegahan Dan Penanggulangan Covid-19 di Tempat Kerja’, 4 Poin Rekomendasi KSBSI Yang Akan Disampaikan Pertemuan G20,
“Kami akan
melakukan aksi, menentang milite yang telah memberangus proses demokrasi yang
telah dibangun selama ini dan akan terus melakukan kampanye kepada masyarakat
dunia ” ucapnya dalam keterangan tertulisnya di laman ituc-csi.org, Senin kemarin (8/2/21).
Akibat
kudeta itu, pemimpin pro demokrasi Aung San Suu Kyi beserta tokoh senior Partai
National League for Democracy (NLD) akhirnya ditangkap. Militer menuding telah
kecurangan dalam proses Pemilu. Sehingga perolehan suara partai NLD lebih
signifikan dari partai lainnya dan menunjuk salah satu jenderal pelaksana tugas
Presiden Myanmar dimasa transisi.
Melihat
kepemimpinan sipil telah dirampas kembali oleh rezim diktator, ITUC mendesak
semua pemimpin negara tidak mengakui pengambilalihan kekuasaan itu. Lalu akan
mendesak kursi Myanmar di Perserikatan Bangsa-Bangsa harus dikosongkan, Dewan
Keamanan PBB harus mengambil tindakan dan kami memerlukan sesi khusus yang
mendesak dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB.
“Para
pemimpin negara ASEAN juga harus bertindak untuk memenuhi komitmen demokrasi
dan hak asasi manusia. Sebagai langkah awal, sanksi harus ditujukan kepada
pimpinan militer, termasuk sanksi finansial langsung yang berfokus pada
kepentingan bisnis militer,” ungkapnya.
Selain itu,
ITUC menyampaikan semua para pemimpin negara perlu melacak rantai pasokan
perusahaan yang dijalankan militer untuk memastikan penerapan sanksi ini secara
penuh dan lengkap. Kemudian semua kerjasama militer dengan Myanmar harus segera
dihentikan dengan larangan ekspor senjata ke negara ini. Termasuk perusahaan
senjata yang selama ini menjadi mitra militer Myanmar harus diungkapkan dan
dimintai pertanggungjawaban.
ITUC juga
menyampaikan membutuhkan dukungan dan bantuan segera untuk semua pengungsi yang
melarikan diri dari penganiayaan yang dilakukan militer Myanmar. Begitu juga,
staf diplomatik di negara asing harus dilindungi.
“Perusahaan
internasional harus memberikan dukungan kepada pekerja di mana operasi dibatasi
dan memberikan dukungan dan perlindungan kepada pekerja yang memprotes kudeta.
Intinya,
Sharan Burrow mengatakan bahwa ITUC tetap membangun solidaritas serikat
pekerja/buruh dan rakyat Myanmar. Serta memberikan penghormatan kepada mereka
yang berani bersuara menolak pengambilalihan kekuasaan oleh pihak militer.
Karena proses demokrasi dan kepemimpinan sipil telah berjalan baik.
“ITUC
menolak Myanmar kembali lagi pemerintahan diktator yang pernah dikuasai 30
tahun oleh kekuatan militer. Kami berjanji untuk bersatu dengan rakyat Myanmar
dan memastikan bahwa suara rakyat harus dihormati. Semua yang telah dipilih
secara demokratis akan dapat menciptakan pemerintahan yang konstitusi dan
transparan,” tutupnya. (A1)