KSBSI.ORG, Jakarta-Dunia aktivis gerakan serikat buruh mengalami duka mendalam. Pada Minggu, 21 Maret 2021, Prof Dr Muchtar Pakpahan SH.MA, sosok yang dikenal tokoh aktivis pergerakan buruh di Indonesia telah menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Siloam Semanggi, Jakarta, pada pukul 22.30 WIB. Dikabarkan, beberapa tahun ini ia menderita sakit yang butuh proses perawatan khusus dari pihak medis.
Baca juga: 50 Negara Berhasil Terapkan Bebas Kerja Paksa ,
Meninggalnya
beliau pun cepat menyebar di dunia maya. Dan ribuan aktivis buruh/pekerja dan
mahasiswa banyak memberikan ucapan duka mendalam di media sosial (Medsos).
Seminggu sebelum meninggal, kondisi kesehatannya semakin menurun drastis,
hingga akhirnya ajal menjemputnya.
Ia sempat
memberikan kabar kepada pengurus dan anggotanya di Konfederasi Serikat Buruh
Sejahtera Indonesia (KSBSI) melalui pesan Whatsapp. Dalam pesan itu beliau
mengatakan fisiknya hanya tidur, tidak bisa duduk, tidak bisa berdiri dan tidak
bisa jalan. Kondisi fisik melemah ini terjadi mulai hari Kamis 22 Januari.
Pinggang terasa sakit dan 4 x ke dokter.
“Sabtu
kemarin sudah di MRI di RS premier. Hasilnya besok senin jam 08.00. Mohon doa
kawan2, semoga penyakitnya ditemukan, dan dapat diterapi. Terimakasih,”
ucapnya.
Semasa
hidupnya, Muchtar Pakpahan telah mengabdikan dirinya menjadi aktivis. Dari
pergerakan mahasiswa sejak kuliah sampai serikat buruh dan menekuni sebagai
akademisi kampus. Pada masa pemerintahan rezim diktator Orde Baru (Orba)
berkuasa, dia bersama mantan Presiden (Alm) Abdurrahman Wahid (Gus Dur) serta
tokoh aktivis lainnya, bergerilya mendirikan serikat buruh yang independen.
Pada masa
itu, Presiden Soeharto memang tidak pernah suka kepada aktivis yang mengkritik
kebijakan Orba. Sementara Muchtar Pakpahan bersama aktivis lainnya di cap
kelompok yang berseberangan dengan kebijakan politik Cendana. Nah, saat Muchtar
Pakpahan mendeklarasikan Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) pada 25 April
1992 dan ditunjuk ketua umum, Soeharto bersama kekuatan militernya langsung
berang.
Pasca
deklarasi, penguasa Orba menggunakan politik kotor menghancurkan SBSI. Semua
Pembunuhan karakter, seperti fitnah bahwa SBSI adalah gerakan komunis pun
disebarkan. Kekuatan militer digunakan untuk menghentikan dan menghancurkan
segala aktifitas yang dilakukan SBSI.
Tak hanya
itu saja, rejim Orba juga melakukan tindakan represif dengan cara intimidasi.
Mengancam pengusaha untuk memecat pengurus dan anggota SBSI. Serta mutasi
besar-besaran terhadap anggota dan simpatisan SBSI. Pada waktu itu,
diperkirakan ada 5000 pengurus dan anggota SBSI menjadi korban Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK), 108 aktivis buruh dipenjara, khususnya pasca peristiwa kerusuhan
demo buruh di kota Medan dan Siantar tahun 1994.
Lalu banyak
anggota kena daftar hitam tidak bisa melamar kerja baru, pembubaran kegiatan
pelatihan, 1 orang terbunuh misterius di Lampung, polisi dan militer melakukan
teror terhadap beberapa keluarga aktivis. Kebanyakan aktifitas SBSI dilakukan
secara rahasia.
Karena
kegigihannya membela buruh, Muchtar Pakpahan beberapa kali mendekam dalam
penjara. Pada Januari 1994 ia ditahan di Semarang Jawa Tengah. Dari bulan
Agustus sampai Mei 1995, dia kembali mendekam di sel penjara Kota Medan
Sumatera Utara, akibat demo buruh yang berujung kerusuhan. Lalu pada 1996, ia
kembali di penjara di LP Cipinang Jakarta Timur. Alasan pemerintahan Orba
menangkapnya karena karya disertasinya tentang buku ‘Potret Negara Indonesia’
sangat subversiv. Dalam disertasi itu, dia menilai kebijakan pembangunan dimasa
Orba telah gagal dan diperlukan reformasi.
Keyakinannya
dalam berjuang pun membuahkan hasil. Tepatnya, pada 21 Mei 1998, Presiden
Soeharto terpaksa mundur dari kursi kekuasaan yang dipegangnya selama 32
tahun. Soeharto tumbang karena di demo
mahasiswa akibat krisis moneter yang berkepanjangan. Tak lama kemudian Muchtar
Pakpahan akhirnya kembali menghirup agin segar reformasi, keluar dari LP
Cipinang mendapat amnesti dari Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie.
Pria Batak lahir di Bah Jambi II, Tanah Jawa, Simalungun, Sumatera Utara, 21 Desember 1953 ini memimpin SBSI dari tahun 1993 sampai 2003. Dia pernah mendirikan dan menjadi Ketua Umum Partai Buruh (2003-2010). Dan di penghujung hayatnya, dia didapuk sebagai pemimpin Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (K) SBSI). (A1)