KSBSI.ORG: Elly Rosita Silaban Presiden Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) menyampaikan organisasi yang dipimpinnya menjadi serikat buruh yang masih tetap diperhitungkan ditingkat nasional dan internasional. Dikancah internasional, KSBSI berafiliasi dengan International Trade Union Confederation (ITUC).
Baca juga: Dilema Diskriminasi Buruh Perempuan Industri Garmen Ditengah Pandemi , KSBSI Jawa Tengah Bahas Konsep Upah dan Dampak UU Cipta Kerja ,
Lanjutnya, dia menjelaskan KSBSI
dalam setiap pertemuan forum pertemuan internasional yang diadakan ITUC dikenal
aktif memberikan ide, saran terkait tantangan dan masa depan serikat buruh di
dunia industrial. Kemudian, ia mengatakan salah keuntungan KSBSI bergabung di
ITUC, adalah bisa mendapat dukungan internasional.
“Salah satunya pada waktu KSBSI melakukan aksi demo
penolakan Undang-Undang Cipta Kerja, ITUC ikut memberikan dukungan ke semua
buruh di Indonesia,” ucapnya, saat memberikan materi ‘Special Membership
Meeting Post Covid-19’, di Hotel Karwika, Cisarua Bogor Jawa Barat (6/12/20).
Dia menegaskan posisi KSBSI tidak
menolak keseluruhan Undang-Undang Cipta Kerja yang sudah ditandatangani oleh
Presiden Joko Widodo (Jokowi). Tapi ada beberapa pasal yang dianggap krusial
wajib ditolak buruh. Karena berpotensi merugikan hak buruh di dunia kerja.
Selain itu, berdasarkan hasil laporan
ILO, dampak Covid-19 menyebabkan 266 juta buruh di dunia kehilangan upah layak.
Sementara, 1,6 miliar pekerja informal kehilangan kerja. Tapi dibalik pandemi
ini, justru membawa keuntungan bagi orang-orang terkaya di dunia. Diantaranya, Jeff Besos, pendiri CEO
perusahaan ritel online Amazon, kekayaan tumbuh $ 186 miliar, Elon Musk, tokoh
bisnis, CEO space-X (teknologi antariksa, arsitek TELA).
Melihat nasib keadaan buruh sedang
terpuruk dan dunia mengalami ketimpangan sosial, Elly menegaskan bahwa KSBSI
mengkampanyekan kontrak sosial, buruh, pemerintah dan pelaku bisnis sesuai
itruksi dari ITUC. Sikap itu dilakukan karena model ekonomi global yang terjadi
hari ini telah mengecewakan masyarakat dunia, sehingga buruh harus menyatakan
sikap.
Telah terjadi keserakahan yang
mengeksploitasi dilakukan perusahaan global menguasai pemerintah. Mereka
bertindak melawan hak dan keamanan pekerja mereka sendiri. Lalu dalam rantai pasok global yang terjadi
hari ini, menyebabkan 94 persen tenaga kerjanya adalah tenaga kerja
tersembunyi,” terangnya.
Kemudian dunia 3 kali lebih kaya
dibanding 20 tahun lalu, namun 70 persen buruh di dunia tidak mendapatkan
jaminan perlindungan sosial. Ada 84 persen upah minimum yang diterima buruh
tidak mencukupi kehidupannya. Dan 81 persen negara mengijinkan pelanggaran
hak,” pungkasnya.
Termasuk, dia juga memaparkan hasil
dari data Global Right Index pada 2020, ada beberapa negara yang saat ini
jutaan buruh mengalami penindasan oleh pemerintahnya. Seperti yang terjadi di
Negara Bangladesh ada 9 juta buruh yang ter-PHK secara semena-semana, Lalu
Undang-Undang Perburuhannya juga masih buruk, termasuk rentetan kasus
kekerasan.
Di negara Colombia juga masih terjadi
kasus pembunuhan terhadap aktivis serikat buruh, terjadi pemberangusan serikat
buruh dan kasus PHK. Di Mesir,
pemerintahnya masih menghalang-halangi pendaftaran serikat dan melakukan
kriminalisasi buruh.
“Untuk di Indonesia kondisi kebebasan
serikat buruh di perusahaan memang sudah terbilang maju dan pertumbuhan serikat buruh juga cukup pesat,”
terangnya.
Terakhir, dia mengatakan dampak
Covid-19 telah menyebabkab 3,9 juta buruh kehilangan pekerjaan. Sementara,
anggota ksbsi 79 ribu yang dirumahkan, kemudian yang di PHK mencapai 4.111
orang. (A1)