KSBSI.org,JAKARTA- Dunia sedang cemas. Pasalnya kondisi perekonomian dunia sedang mengalami ketidakpastian. Bahkan pada 2023 nanti, beberapa negara menghadapi ancaman resesi. Hal ini akibat terjadi kebijakan moneter yang agresif. Akhirnya terjadi pertumbuhan ekonomi melambat (stagflasi). Sri Mulyani Menteri Keuangan mengatakan kalau sebuah negara mengalami stagflasi, maka kenaikan harga juga ikut terjadi.
Baca juga: Datangi MA dan Kemenkopolhukam, KSBSI Minta Keadilan Hukum Penjelasan Penyelesaian Pengaduan,
Ada beberapa negara yang
diramal terjadi resesi pada 2023 hasil survei Bloomberg. Seperti Amerika
Serikat, pada kuartal II tahun 2022 pertumbuhan ekonominya hanya mencapai terkontraksi
0,6 persen setelah minus 1,6 persen pada kuartal I 2022. Begitu juga Negara
Inggris. Tahun ini, perekonomian negara tersebut terlihat mengalami perlambatan,
karena inflasi tinggi. Suku bunga acuan bank sentral Inggris bahkan sudah naik
200 basis poin selama 2022.
Tak hanya Inggris saja,
diprediksi negara-negara Uni Eropa juga dikabarkan banyak terancam resesi.
Kemudian Negara Cina. Berdasarkan laporan Bank Dunia, negara ini pertumbuhan
ekonominya hanya sebesar 2,8 persen tahun ini. Atau tepatnya mengalami
penurunan signifikan di angka 5,0 persen. Lalu Korea Selatan, Mongolia dan
Indonesia juga ikut terancam resesi.
Walau Indonesia terkena
ancaman resesi, Sri Mulyani meyakinkan kondisi perekonomian negara masih cukup
kuat menghadapinya. Namun, masih ada risiko resesi ekonomi yang dialami
Indonesia, yakni sebesar 3 persen.
Elly Rosita Silaban
Presiden Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) mengingatkan
kepada pemerintah agar tidak sepele dengan ancaman resesi. Sebab sedang
berlangsung secara global dimulai dari negara-negara di Eropa, Timur Tengah
termasuk Asia Pasific.
Selain itu, Indonesia saat
ini sedang tahap pemulihan ekonomi, setelah pandemi Covid-19 memulih. Karena pandemi
tak hanya melumpuhkan ekonomi saja. “Tapi 2 tahun terjadi pandemi mengakibatkan
lebih dari 5 juta buruh terkena dampaknya. Sebagian terkena Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK) dan upahnya dipotong,” ucapnya, di Cipinang Muara Jakarta Timur,
Jumat (7/10/2022).
Elly memahami ancaman
resesi global ini karena ada beberapa faktor. Diantaranya dampak perang
Rusia-Ukrania yang berkepanjangan, sehingga berdampak pada perekonomian dunia.
Termasuk, konflik Negara Korea Utara ke Negara Jepang dan Korea Selatan ikut
mempengaruhi. Karena itu, dia meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) harus mampu
mengantisipasi ancaman resesi.
Sebab, jika terjadi resesi
maka jumlah pengangguran meningkat. Terjadi penurunan ritel, adanya peningkatan
pertumbuhan dalam sektor ekonomi riil bernilai negatif. Penyebabnya antara lain
suku bunga tinggi dan kontrol upah ke harga, deflasi harga.
Dia juga membeberkan,
dampak kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) telah membuat kondisi masyarakat semakin
dilematis. Karena harga sembako dan kebutuhan lainnya juga naik. Apalagi, sejak
disahkannya Undang-Undang Cipta Kerja dan terbitnya PP Nomor 36 Tahun 2021
Tentang Pengupahan, kondisi upah buruh tahun ini tidak ada kenaikan yang
signifikan.
“Kondisi upah buruh hari
ini memprihatinkan, sehingga mengalami ketimpangan ekonomi dan daya beli
menurun. Makanya, ketika pemerintah membuat kebijakan kenaikan BBM, KSBSI tegas
menolak,” ungkapnya.
Artinya, kata Elly, jika
terjadi resesi pada 2023 nanti, dia meniai kondisi buruh bakal terpuruk, walau
risiko ancamannya 30 persen. Sebab, perusahaan-perusahaan di Indonesia itu
masih ketergantungan dengan negara-negara maju seperti Amerika Serikat, China,
Inggris dan Eropa.
“Kalau negara-negara
maju ini terjadi resesi pasti perusahaan-perusahaan di negara kita terkena
dampaknya. Dan akhirnya ledakan PHK bakal terjadi lagi terhadap buruh,”
ucapnya.
Karena itu, ia
menyarankan pemerintah harus bersikap hati-hati mengambil kebijakan ekonomi
dalam mengantisipasi ancaman resesi. Dan mulai melakukan penghematan keuangan.
Lalu meningkatkan pendapatan, mempersiapkan dana darurat, proteksi diri serta
mengurangi pengeluaran konsumtif.
Tetapi kalau upah buruh
rendah apakah nantinya sanggup menghadapi resesi? Elly mengatakan pemerintah
harus menyiapkan strategi, mengingat bahwa ekonomi Indonesia mulai menunjukkan
kinerja yang positif. Dimana negara ini merupakan salah satu dari 24 persen
negara aktifitas Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang mengalami peningkatan.
“Sampai semester 1
indonesia mencapai level GDP 7,1% diatas level sebelum adanya pandemi. Tetapi
Indonesia harus berjaga2 dan tetap waspada. Dan serikat buruh juga harus
meningkatkan ketrampilan negosiasinya dan mempersiapkan diri untuk segala
kemungkinan,” tandasnya. (A1)